Kalbe.co.id - Para utusan di Genewa telah menyetujui batasan baru bakteri di dalam susu formula bayi dan racun alami dalam kacang, yang dijadikan standar keamanan untuk penajuan makanan yang dipasarkan secara internasional. Pada pertemuan the Codex Alimentarius Commsission, sebuah badan bersama antara WHO dan Food and Agriculture Organisation (FAO).
Peter Ben Embarek, ilmuwan dari divisi keamanan pangan WHO mengatakan bahwa adopsi penandaan praktek higienis untuk formula bubuk dapat menurunkan kontaminasi ari 2 bakteri yang dapat menyebabkan sakit parah dan kematian pada bayi.
Orang-orang dengan alergi gandum juga dilindungi oleh standar makanan bebas gluten dimana negara-negara memasukkan hal ini di dalam hukum negaranya dan dalam rangka memenuhi aturan WTO untuk makanan ekspornya. Negara harus menggunakan standar ini agar dapat menjualnya di pasar internasional.
Rujukan baru menyebutkan bahwa makanan bebas gluten tidak boleh mengandung gandum, rye, barley atau oats dan kadar glutennya tidak boleh melebihi 20 mg per kg. Intoleransi gluten dapat menyebabkan gejala bervariasi dari nyeri abdominal sampai osteoporosis.
Sebanyak 124 negara berpartisipasi dalam pertemuan Codex bulan Juli 2008 juga menyetujui kadar maskimum aflatoksin, sebuah toksin alami yang diketahui sebagai karsinogen di lab.
The Codex Alimentarius atau kode produk merupakan rujukan global bagi konsumen, penghasil produk, pemroses makanan, lembaga pengontrol makanan nasional dan pedagang makanan internasional. Standar ini berarti untuk mencegah kontaminasi, sakit, merupakan patokan negara-negara WTO berkaitan dengan persetujuan perdagangan internasional mengenai keamanan makanan dan sanitasi.
Komisi yang merangkap keanggotaan penuh dari 176 negara ditambah Uni Eropa juga melakukan diskusi dampak obat veteriner, pakan ternak dan pestisida terhadap keamanan pangan.
Tuesday, August 26, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment