Tuesday, August 26, 2008

Kita Sehat Dan Bugar Dalam Melaksanakan Ibadah Haji

Seorang muslim memiliki kewajiban melaksanakan ibadah haji minimal sekali dalam seumur hidup. Setiap tahunnya sekitar 200.000 orang dari seluruh penjuru dunia melakukan migrasi massal menuju tanah haram demi mengharap ridha Alloh SWT semata. Jamaah haji dari Indonesia selalu menjadi pemegang rekor tetap kuota jamaah haji terbanyak di dunia. Sayangnya, persiapan kesehatan calon jamaah sebagian besar terabaikan, hingga akibatnya angka morbiditas dan mortalitas jamaah di Arab senantiasa mengkhawatirkan. Demikian dikatakan Dr. Iris Rengganis dalam acara simposium “Tips Sehat dan Bugar dalam melaksanakan Ibadah Haji” yang diselenggarakan pada 17 Juli di FKUI Jakarta.
Dr. Iris melaporkan kebanyakan dari jamaah haji itu dari segi umur rata-rata usia diatas 60 tahun. Dari usia tersebut Calon Jemaah Haji (CJH) kebanyakan mengalami berbagai penyakit yang berisiko tinggi seperti penyakit kardiovaskular, penyakit kronik , DM, Liver dll.
Dr. Iris mengingatkan, bahwa seringnya Calon Jemaah Haji (CJH) membawa penyakit yang menular dari tanah air, seperti influenza, meningitis, TBC aktif dan sehingga sesampainya di Tanah Suci akan mengakibatkan penularan kepada banyak orang. Terutama pada penyakit yang membahayakan seperti TBC aktif tadi. “Oleh karena itulah perlu pencegahan sejak dini yaitu pencegahan ketika hendak berangkat seharusnya diberikan vaksinasi dahulu atau penyakit yang membahayakan harus ditunda keberangkatannya,” ujar Dr. Iris.
Melihat dari pola musim di Arab Saudi untuk haji tahun ini jatuh pada musim dingin. Diperkirakan suhu di antara tiga kota seperti Jeddah suhunya diantara 190 C, Makkah sekitar 140 C dan Madinnah pada malam hari bisa sekitar 40 C.
Pada musim dingin di Arab Saudi para calon haji sering terjadi hilang rasa atau baal daerah tungkai dan tangan, nyeri atau sakit hebat pada otot, kulit bersisik dna gatal, kulit telapak kaki dan bibir peceh-pecah, Bengkak dan kebiruan pada kulit. Rasa kaku atau beku daerah telinga, hidung, pipi, jari tangan, bahu, lengan atas atau bawah dan paha, serta dehidrasi karena kurang minum.
Vaksinasi
Pemberian vaksinasi sangat perlu diberikan kepada calon jemaah haji, dianjurkan oleh Dr. Iris, agar pemberian vaksin disuntik di area deltoid atau glutea dengan dosis tunggal 0,5 nl subkutan. Waktu pemberian sebaiknya diberikan dua minggu sebelum tiba di Arab Saudi. Sehingga antibody akan terbentuk 2 minggu setelah penyuntikan.
Mengatur haid
Saat ibadah haji, jadwal menstruasi (haid) menjadi persoalan tersendiri bagi jamaah perempuan. Berbagai upaya dilakukan kaum perempuan untuk mengatur datangnya haid. Karena Ibadah haji terikat pada waktu tertentu. Tidak bisa ditunda atau dimajukan waktunya. Bagi jamaah perempuan, hal itu bukan perkara mudah. Terutama jika pelaksanaan rukun haji di Arab Saudi tersebut bertepatan dengan hari-hari datangnya haid.
Dengan kata lain, jika jamaah haji perempuan "datang bulan" pada saat harus menjalankan rukun haji (wajib), ibadahnya tidak sah. Konsekuensinya, hajinya batal dan harus diulang pada musim haji berikutnya. Padahal, tidak semua kaum perempuan mampu secara finansial untuk kembali berhaji pada musim haji tahun berikutnya. Kalau sudah demikian, perjalanan menunaikan ibadah haji menjadi sia-sia.
Karena itu, mengatur masa-masa haid, memajukan atau menunda haid selama pelaksanaan ibadah haji, sangat diperlukan, terutama jika haid terjadi saat puncak pelaksanaan ibadah haji.
Mengapa perlu obat pengatur haid saat menunaikan ibadah haji? DR. Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG (K) mengatakan, karena saat menunaikan ibadah haji perempuan yang sedang haid dilarang melakukan kegiata seperti Thawaf, shalat wajib atau sunnah, berdiam di masjid dan memegang dan membaca al qur’an.
Menurut Dr. Dwiana, yang perlu dilakukan bila merencanakan mengatur haid adalah, pertama periksakan diri ke dokter sesegera mungkin, upayakan jangan kurang dari satu bulan sebelum tanggal keberangkatan. Kedua, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kelainan pada organ reproduksi atau kondisi lain yang dapat menimbulkan komplikasi bila diperlukan obat pengatur haid. Ketiga dokter dapat merencanakan pemberian obat pengatur haid yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan.
Mengandung progesterone
Untuk memilih obat pengatur haid, Dr. Dwiana menyarankan, sebaiknya obat yang mengandung progesterone dengan ciri pil yang sama dimakan setiap hari, umumnya berbentuk pil satuan dalam kemasan biasa. Dapat berupa pil KB untuk ibu menyusui dalam bentuk kemasan untuk 28 hari dengan jenis pil yang sama.
Dr. Dwiana mengingatkan, yang perlu dipaerhatikan sebelum penggunaan obat pengatur haid adalah riwayat sakit kepala hebat atau migraine, riwayat tromboflebitis atau tromboemboli, varises berat, kanker payudara, perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya dan penyakit hari atau gangguan fungsi hati. Riwayat penyakit kuning dan riwayat preklampsi dalam kehamilan. Penyakit jantung dan pembuluh darah. Kencing manisatau diabetes yang berkomplikasi, hipertensi berat, penggunaan obat-obat rutin terutama obat TBC dan kencing manis dan riwayat depresi atau gangguan kejiwaan.
Perlu diingat pula, adalah gangguan yang dapat muncul pada penggunaan obat pengatur haid adalah rasa mual, muntah, sakit kepala dan nyeri payudara umumnya hanya pada penggunaan pil kombinasi yang mengandung hormone estrogen. Perdarahan bercak lebih sering pada penggunaan obat pil yang mengandung progesterone saja. Peningkatan berat badan, hindari konsumsi makanan tinggi kalori yang berlebihan.
Apabila jemaah haji ingin menunda haidnya, disarankan dapat menggunakan pil progesterone saja atau pil kombinasi. Pada penggunaan pil kombinasi yang digunakan hanya pil aktif, pil placebo tidak dimakan atau dibuang. Paling ideal pul mulai digunakan pada hari kedua hingga kelima haid, atau selambat-lambatnya 14 hari sebelum hari pertama haid yang ingin ditunda. Pil dihentikan segera setelah penundaan haid tidak diperlukan, dan haid akan datang 2-3 hari setelah pil dihentikan.
Perlu diingat pula, dapat digunakan bagi mereka yang siklus haidnya tidak teratur dan paling baik bila dimulai 3 hingga 6 bulan sebelum tanggal keberangkatan.
Persiapan fisik
Sementara itu Dr. Tri Juli Edi Tarigan menyarankan, untuk mempersiapkan fisik pada calon jemaah haji yang perlu diperhatikan adalah sebaiknya calon jemaah haji sebelum berangkat kurang lebih 1 bulan, maka memperbanyak jalan kaki minimal 3 x seminggu. Kemudian kenali penyakit kronik yang dimiliki. Pakaian dingin termasuk sarung tangan dan kaus kaki dan pelembab kulit. Tidak perlu bawa barang banyak-banyak.
Dr. Edi menyebutkan ada tips untuk pemilik penyakit kronik yaitu: terbuka pada saat pemeriksaan oleh dokter ditanah air, membawa dan meneruskan obat-obatan yang sedang dikonsumsi, selalu dekat dengan dokter kloter, traveling dialysis harus selalu dibawa dan segera lapor ke dokter sector, Untuk diabetisi pemakai insulin. Lebih baik jika membawa glukometer, utamakan aktifitas wajib dan hindari keramaian.
Dr. Edi juga menyarankan, untuk menghindari mimisan, dianjurkan selalu memakai masker kain yang dibasahi dengan air zamzam. Minum yang banyak, jus buah, makan buah dan sayuran. Mengkonsumsi vitamin dan jangan mengkorek-korek hidung.
Apabila calon jemaah haji keluar dari penginapan di siang hari, sebaiknya upayakan jangan terkena sinar matahari langsung. Gunakan pelembab kulit dan bibir setelah mandi. Gunakan sabun yang soft. Gunakan kaca mata hitam di siang hari.

No comments: